Sedikit Memori yang Hilang


Dikarenakan oleh adanya kesalahan dalam membangun konstruksi bagian atas rumah, akibatnya, beberapa bagian rumah saya mengalami kebocoran apabila hujan deras datang. Beberapa hari lalu, lebatnya hujan yang turun berbanding lurus dengan lebatnya air yang masuk ke dalam rumah lewat titik-titik yang bocor itu. Tanpa disadari, air yang bocor itu membasahi satu album foto masa kecil saya. Jujur, album foto itu sangat berharga bagi saya. Semua masa kecil saya terekam dalam album foto itu. Ibu saya dengan sangat telaten mengumpulkan foto-foto saya sejak balita, dari tahun ke tahun.

Mengetahui hal itu, sontak saya langsung menyelamatkannya dari kebocoran tersebut. Akan tetapi, sepertinya hal itu sudah terlalu terlambat. Album foto itu sudah terlanjur basah kuyup. Ketika saya membuka album itu, semua foto di dalamnya sudah tidak berbentuk lagi. Saya sempat kesal karena terlambat menyadari bocor yang ternyata sampai ke tempat di mana saya meletakkan album foto itu. Saya semakin menyesal karena klise foto-foto itu sudah tidak disimpan lagi. Pikir saya, hilang semua memori masa kecil itu. Foto-foto yang sebenarnya saya ingin tunjukkan nantinya kepada anak-anak saya, sudah lenyap. Hal itu tinggal keinginan saja.

Mungkin terdengar itu hanya sebuah album foto, tetapi saat itu perasaan saya sungguh kesal. Hari itu saya mencoba menenangkan diri dan akhirnya momen itu menjadi suatu titik perenungan. Betapa fananya apa yang ada di dunia. Rasa kehilangan yang ada di dalam hati saya hanya karena sebuah foto masa kecil itu sebenarnya tidak berarti apa-apa.

Foto-foto yang ada membantu kita untuk mengingat kenangan yang pernah ada di dalam hidup kita dan bisa saja memori yang pernah ada tersebut terhapus dengan mudahnya. Seringkali, kita tanpa sadar ingin sekali diingat oleh orang lain. Kita cepat sekali merasa tidak berarti ketika ada orang yang dengan mudahnya melupakan kita atau paling tidak, menganggap kita bukan sesuatu yang penting di dalam memorinya.

Akhirnya, hal yang menghibur hati saya saat itu, hingga sekarang adalah ketika Dia mengingatkan perkataan-Nya,

“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.“ (Yesaya 49:15-16)

Diingat terus oleh manusia bukanlah hal utama yang harus dicari atau dipertahankan, sebab itu adalah hal yang akan segera lalu dan berganti. Dunia hanya mengingat orang-orang yang dilihat hebat menurut standarnya sendiri. Kemudian dengan cepat, seperti rumput yang segera layu dan berganti dengan rumput yang baru, dunia tidak selamanya mengindahkan orang-orang itu. Memori yang tertumpuk mengenai orang-orang yang datang silih berganti, lahir dan mati, memang tetap ada, tetapi keinginan untuk mengenangnya sangat relatif. Cenderung lebih banyak yang dilupakan daripada yang diingat. Para juara-juara yang begitu gemilang di masa keemasannya segera dilupakan dunia ketika lahir juara baru. Seketika, hari kegemilangan juara-juara terdahulu segera dilupakan dan tidak lagi menjadi bahan pembicaraan. Pengakuan akan kehebatan di hari itu juga akhirnya berujung pada kesemuan.

Jadi apa yang sebenarnya harus dicari apabila apa yang kita dapatkan semuanya akan berakhir pada kesia-siaan saja? Salomo pun mempertanyakan hal ini dalam Pengkhotbah.

Hal yang paling membahagiakan dan tidak akan pernah hilang ditelan zaman adalah diingat Allah. Dia tidak hanya mengingat, bahkan mengenal kita. Saking berharganya kita, Dia sampai melukiskan kita di telapak tangan-Nya. Begitu spesial. Dia mencintai kita, pribadi demi pribadi, seolah hanya diri kita sendiri di dunia ini.

Apa yang masih membuat kita ragu? Apa yang masih membuat kita sulit percaya bahwa Dia tetap bersama kita dan terus mengasihi kita sekalipun kita berdiri ataupun duduk?

Seringkali kita lupa akan penyertaan dan pemeliharaan-Nya di masa lalu. Adakah kita temukan satu masa dalam hidup kita di mana Allah sama sekali tidak bertindak menolong kita? Bukankah Dia selalu ada dan menyediakan jalan keluar dan pertolongan tepat pada waktunya?

Lalu, mengapa kita yang seringkali cepat melupakan-Nya dan segala hal yang sudah dilakukan-Nya?


Selamat merenungkannya kembali J

Comments

Popular Posts