Teman Hidup

Teman hidup, bila itu adalah kebutuhanmu, masakan Tuhan menahan-nahan untuk tidak memberikannya bagimu?

Hidup di ujung pulau ini memang tampak mustahil bisa menemukan seorang teman hidup yang sepadan.

Tapi bukankah situasi sekarang ini (lagi-lagi) merupakan lahan paling subur untuk beriman dan berharap pada Sang Pemilik Hati – yang juga merupakan Bapamu, yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya?

Bukankah tangan-Nya tidak kurang panjang untuk mempertemukan dia, yang mungkin sedang di seberang pulau atau benua, denganmu di suatu titik momentum ilahi?
Bukankah Dia terlalu sanggup untuk menyatukan dua hati dari dua orang yang berbeda?
Bukankah Dia terlalu kreatif untuk menciptakan suatu skenario kisah cinta?

Berbagianlah dengan Allah.
Serahkanlah.
Utuhkan diri.

Latihlah dirimu melalui persahabatan.
Bangunlah relasi, sebagaimana tulusnya Yesus membangun relasi dengannya
Kasihilah, sebagaimana Yesus mengasihinya
Perlakukanlah, sebagaimana Yesus memperlakukannya

Lakukan bagianmu sebagaimana seorang puteri Allah yang tidak bergerak dengan terburu-buru,
melainkan dengan rasa tenangnya menikmati orkestra waktu Allah
Yang tidak agresif, melainkan aktif
Yang aktif mencari kehendak Sang Penganugrah Cinta

Yang melangkah ke depan ketika dituntun untuk melangkah
Yang bergerak ke kiri atau ke kanan ketika harus demikian
Yang berdiam ketika tiba waktunya untuk berdiam

Bukankah teman hidup adalah anugerah?

Jangan tinggalkan sukacita proses mengutuhkan diri
Jika Dia berkenan memberikan anugrah itu, kiranya kau peka dengan tuntunan yang Dia singkapkan
Jika pun tidak diperkenankan-Nya, bukankah fakta bahwa diri ini adalah milik Sang Pemberi Anugrah itu jauh lebih berharga dari apapun?

Percaya saja.

Jika Dia ingin bermitra denganmu dan pasanganmu kelak untuk membangun suatu keluarga ilahi, Dia tidak akan menahan-nahan diri-Nya.




Comments

Post a Comment

Popular Posts