Cukup Sudah (?)


“…takkan pernah kubawa selain yang terbaik, yang harum dan sejati di hadapan tahta-Mu…”


Sepenggal reff lagu ini melelehkan air mata saya. Mengingat apakah 3 tahun keberadaan saya di Halmahera adalah persembahan yang harum dan sejati, bagian terbaik yang sudah saya bawa untuk Sang Pemilik Semesta. Saya dibawa oleh pikiran saya menjelajah ke waktu lampau, ketika pertama kali datang di tanah rantau yang membuat saya jatuh cinta – jatuh cinta pada benang-benang merah yang Sang Kuasa bentangkan. Dia menguraikan benang-benang merah itu satu per satu, membuat saya bingung sekaligus tertantang juga untuk menelusuri lebih jauh lagi makna di balik semua perkara dan peristiwa yang dikehendaki-Nya terjadi.

Saya sungguh menikmati pekerjaan yang saya lakukan. Saya kehabisan kata untuk mendeskripsikan senikmat apa kenikmatan itu.

Sekalipun tim kerja saya tidak sempurna, kolaborasi dengan mitra-mitra yang tidak maksimal maupun kinerja saya sendiri yang belum excellent, saya sebenarnya suka berada di tempat ini. Saya merasa passion dan calling saya berpapasan di titik yang menghasilkan sukacita dan kepuasan luar biasa, yang susah digambarkan.

Namun kemudian waktu-waktu itu datang. 

Ketika suatu hal mulai memanggil. Suaranya amat lemah di awal bahkan saya abaikan karena saya mulai terlalu sibuk dengan diri saya sendiri. Akan tetapi, suaranya semakin sering datang dan menggelisahkan,

“Cukup sudah.”
“Kembalilah.”
“Sebentar...” 
“Cukupkan dirimu di sini.”

Suara itu membuat saya lebih sering memeriksa diri saya.

Apa ada yang salah, apa ada yang selama ini tidak terlihat?
Apa saya masih berjalan di track yang sama dengan track saya di awal?
Apa saya masih mengerjakan bagian saya untuk Kristus atau sekedar hanya untuk kepuasan diri?
Mengapa perasaan saya akhir-akhir ini terasa aneh, dan…saya merasa ada yang ganjil…seperti ada bagian yang haus dan tidak terpuaskan?
Apa ada bagian yang hilang?
Apalagi yang kurang?

Barulah saya menyadarinya, bahwa ada panggilan yang lebih dalam. Ada sepenggal bagian yang kurang tepat sasaran. Ada pergeseran kondisi yang membuat saya tidak lagi tepat berada di posisi ini. Semakin saya bertahan, semakin saya menjadi tumpul dan parahnya, bisa menumpulkan anggota tim yang lain lagi. Maka suara itu berbicara makin lama makin kuat, “Cukuplah sudah bagianmu.”

Sepertinya ada tempat lain yang memanggil. Ada bagian lain. Saya belum mengerti sepenuhnya sampai saya menuliskannya di sini sekarang. Saya masih belum paham. Yang paling jelas saat ini, saya dituntun keluar dari Halmahera.

Saya masih punya banyak mimpi untuk tanah Halmahera ini, saya masih ingin melakukan banyak hal, ingin mengusahakan ini dan itu. Masih ada beban untuk setidaknya berkontribusi bagi anak-anak muda, bagi Badan Usaha Milik Desa, bagi ibu-ibu dan bapak-bapak petani kelapa di Halmahera Utara.

Akhirnya saya memilih untuk mengikuti tuntunan ini. Sudah ada tempat yang baru. Masih samar-samar, bagian apa dari diri saya yang ingin dipertajam-Nya atau mungkin dipangkas-Nya supaya saya yang kurang berbuah menjadi lebih berbuah.

Saya tidak perlu kuatir dan berat hati untuk melepas, karena Pemilik pelayanan ini tidak pernah berubah, tetap bekerja melalui siapapun yang dipercayakan-Nya. Segala kemuliaan milik Tuhan dan bukan milik Yohana, sebab Dialah Tuhan sedangkan Yohana bukan.

Comments

Popular Posts