This too will pass (Ini juga akan berlalu)

Pasir di pantai tidak pernah bosan bila air laut terus datang, memeluknya sebentar lalu pergi kembali ke lautan

Dialaminya terus demikian tiap detik, dia tetap mencintainya
Baginya setiap pelukan adalah kesukaan,
bukan kedukaan karena pelukan itu terlalu sebentar atau karena ombak dan angin segera menariknya kembali ke lautan

Semut-semut itu terus berkerumun dan membuat barisan,
sekalipun manusia merasa kerumunannya adalah gangguan dan segera ingin membubarkan barisan itu

Ketika ada lagi remah nasi yang terjatuh, 
mereka kembali mengadakan perjamuan akbar, memanggil semua rekan untuk berkerumun – lagi
Sekalipun pernah dirasakan mereka sebuah tangan besar, sapu atau siraman air membubarkan dan menggugurkan pasukan berjalan mereka,
mereka tidak jera

Pohon-pohon kembali mengeluarkan daunnya,
sekalipun musim-musim tertentu pernah membuat badannya sakit karena rantingnya patah dan daunnya berjatuhan

Mereka tetap menghijau – tidak pernah meninggalkan identitasnya yang rindang dan teduh

Pasir tidak terluka oleh air laut yang tidak tetap bersamanya
Semut tidak marah terhadap kekuatan yang menghancurkan barisan yang telah rapi disusunnya
Pohon tidak trauma terhadap panas matahari dan bekunya angin yang menyakiti badannya

Pasir akan tetap bertemu dengan air laut, meskipun ombak dan gravitasi bulan membuat pertemuan mereka berdinamika

Semut akan tetap mendapatkan makanannya dan mengangkatnya berbondong-bondong ke sarangnya – selalu saja ada manusia yang meninggalkan remahan makanan manis dan gurih kesukaan para semut

Dan pohon akan tetap disenyumi dan dirangkul oleh suhu udara dan terik matahari yang bersahabat untuk membantunya bertumbuh

Semuanya akan berlalu

Tenanglah, menarilah di atas gelombang.


Comments

Popular Posts